Teks Eksplanasi

Pengertian Teks Eksplanasi

Secara etimologi, istilah eksplanasi berasal dari bahasa Inggris “explanation” yang berarti penjelasan / keterangan.

Teks eksplanasi merupakan sebuah karangan yang berisi penjelasan-penjelasan lengkap mengenai suatu topik yang berhubungan dengan berbagai fenomena, baik fenomena alam maupun sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Jenis teks satu ini mengandung fakta yang disusun secara kronologis (sebab-akibat).

Tujuan Teks Eksplanasi

Teks ini bertujuan untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pembaca agar paham atau mengerti tentang suatu fenomena yang terjadi di sekitar kita. Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Dalam teks eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang fungsinya sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa teks eksplanasi hampir semuanya berupa fakta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf keenam dan ketujuh di atas. Paragraf tersebut dibentuk oleh empat buah kalimat yang semuanya berupa fakta.

Ciri-Ciri Fakta:

  1. Mengandung sebuah kenyataan yang kebenarannya bisa dibuktikan.
  2. Memiliki sumber data yang akurat, tepat, dan nyata misalnya saja masalah tempat kejadian, tanggal dan waktu kejadian.
  3. Mempunyai keterangan saksi sebagai nara sumber yang kebenarannya bisa diuji.
  4. Memiliki sifat objektif. ata yang diberikan tidak dikarang secara bebas, mengada-ada dan pastinya benar-benar nyata keasliannya.
  5. Kalimat fakta pada umumnya bisa memberikan jawaban yang mengacu pada struktur 5 W + 1 H.
  6. Data informasi yang memang diambil dari sebuah kejadian nyata.
  7. Biasanya menjelaskan sebuah permasalahan atau kejadian yang telah terjadi.

Struktur Teks Eksplanasi

Agar pembaca mendapatkan informasi yang jelas, teks eksplanasi disajikan dalam bagian-bagian atau struktur tertentu. Strukturnya terdiri atas pernyataan umum (gambaran awal tentang apa yang disampaikan), deretan penjelas (inti penjelasan apa yang disampaikan), dan interpretasi (pandangan atau simpulan). Di dalam teks eksplanasi juga dimuat informasi berdasarkan fakta (faktual). Faktualnya memuat informasi yang bersifat keilmuan, misalnya tentang sains. Jadi, bagian-bagian teks eksplanasi adalah pernyataan umum, deretan, penjelas, dan interpretasi.

Sesuai dengan karakteristik umum dari isinya, teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut.

1. Identifikasi fenomena (phenomenon identification)

    Berisi tentang penjelasan umum tentang fenomena yang akan dibahas, bisa berupa pengenalan fenomena tersebut atau penjelasannya. Penjelasan umum yang dituliskan dalam teks ini berupa gambaran secara umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses peristiwa alam/sosial tersebut bisa terjadi.

2. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence)

    Berisi tentang penjelasan proses mengapa fenomena tersebut bisa terjadi atau tercipta dan bisa terdiri lebih dari satu paragraf. Deretan penjelas mendeskripsikan dan merincikan penyebab dan akibat dari sebuah fenomena alam/sosial yang terjadi.

Penggambaran rangkaian kejadian memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa.

a. Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.

b. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.

3. Interpretasi

Teks penutup yang bersifat pilihan; bukan keharusan. Teks penutup yang dimaksud adalah, teks yang merupakan intisari atau kesimpulan dari pernyataan umum dan deretan penjelas. Opsionalnya dapat berupa tanggapan maupun mengambil kesimpulan atas pernyataan yang ada dalam teks tersebut. Ulasan berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

Pola Pengembangan Teks Eksplanasi

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa teks eksplanasi adalah teks yang memaparkan suatu proses kejadian dengan sejelas-jelasnya. Teks eksplanasi banyak menggunakan fakta, baik itu untuk menunjang alasan ataupun sebab-sebab atas peristiwa yang akan dipaparkan. Luasnya wasawasan dan pengetahuan kita berkenaan dengan topik yang akan ditulis juga sangatlah utama. Penulis harus menyiapkan berbagai sumber untuk dapat mengembangkan topik yang dipilihnya secara mendalam. Kalau tidak demikian, isi tulisan akan dangkal dan tidak memberikan sesuatu yang baru bagi pembacanya.

Agar tersaji secara lebih menarik, kita pun perlu mengetahui pola- pola pengembangannya. Secara umum, pola-pola pengembangan teks eksplanasi adalah sebagai berikut.

1.   Pola Pengembangan Sebab Akibat

Pengembangan teks eksplanasi dapat menggunakan pola sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan umum, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan sebagai gagasan umum, maka perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.

Persoalan sebab akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Jika disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, proses itu dapat disebut proses kausalitas.

      Contoh:

Gempa bumi melanda wilayah bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.54 WIB. Kekuatan gempa bumi tercatat 6,2 skala Richter pada kedalaman 17,1 km. Pusat gempa terletak pada posisi ± 25 km barat daya Kota Yogyakarta.

Gempa bumi ini mengakibatkan puluhan orang meninggal. Beberapa orang luka–luka. Sejumlah bangunan roboh dan mengalami kerusakan. Selain itu, dilaporkan juga terjadi longsoran dan kerusakan berat pada permukiman dan bangunan lainnya di Kabupaten Bantul karena dekat dengan sumber gempa bumi.

2.   Pola Pengembangan Proses/Kronologis

Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

  1. Mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
  2. Membagi proses tersebut menurut tahap-tahap kejadian.
  3. Menjelaskan setiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.

      Contoh:

Sifat konflik di negeri ini sudah mulai bergeser dari vertikal ke horizontal. Semula konflik vertikal, yaitu konflik antara rakyat setempat dan pemerintah pusat, hanya terjadi di daerah-daerah tertentu yang secara historis memang memiliki potensi konflik seperti Aceh dan Papua. Kini konfliknya berubah sifat menjadi horizontal, yaitu antara sesama warga masyarakat. Konflik horizontal ini umumnya dipicu oleh suatu isu tertentu yang entah dihembuskan oleh siapa, kemudian isu tersebut direspons positif oleh warga masyarakat. Akhirnya, terjadilah pro dan kontra di kalangan warga. Selanjutnya, kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang kita kenal sebagai provokator.

Kebahasaan dalam Teks Eksplanasi

Setiap jenis teks pasti mempunyai kebahasaan yang sangat unik, sehingga tidak jarang kebahasaan antara jenis teks satu dengan teks yang lain itu berbeda. Dengan adanya kaidah kebahasaan tersebut, maka pembaca tentu bisa menebak dengan mudah jenis teks apa yang tengah mereka baca.

Berikut ini adalah beberapa poin utama kaidah kebahasaan dari teks eksplanasi.

  1. Pola pengembangan kronologis akan banyak menggunakan konjungsi kronologis seperti: kemudian, akhirnya, selanjutnya, sekarang, sebelumnya, dan sejenisnya.
  2. Pola pengembangan kausalitas (sebab-akibat) akan memiliki konjungsi kausalitas seperti: sebab, karena, akibatnya, dan sejenisnya.
  3. Menggunakan kata peristilahan atau teknis seperti: industri pariwisata, otomotif, sektor pertanian, dsb.
  4. Menggunakan kata benda fenomena seperti: angin tornado, tata surya, gerhana matahari, kerajinan tangan, dsb.
  5. Menggunakan kata kerja tindakan, jika berisi suatu tindakan yang objeknya berupa alam atau fenomena sosial/budaya seperti bepergian, berwisata, mengajak, berkunjung, berjalan-jalan
  6. Cenderung lebih banyak menggunakan kalimat pasif.
Dipublikasi di kebahasaan | Tag , | Meninggalkan komentar